Selasa, 25 Maret 2014

Cuplikan Kisah Perjalanan Hidup

Mayor CAJ  I. G. N. Sidemen S.IP Dari Bintara Menyongsong Seskoad

“Sejak duduk di Sekolah Dasar hingga SLA, Gusti selalu berprestasi baik dibidang akademis maupun olahraga bahkan ketika menjalani pendidikan Secaba pada tahun 1989 Gusti merupakan lulusan terbaik”. I Gusti Ngurah Sidemen, S.IP, lahir pada tanggal 5 Februari 1970 di sebuah desa kecil di wilayah pesisir pantai Selatan Pulau Dewata, tepatnya di  Klungkung Bali.
Berasal dari keluarga petani sederhana yang masa kecilnya dihabiskan untuk membantu orangtuanya bertani demi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.  Penghasilan yang pas-pasan tidak menyurutkan niat kedua orang tuanya untuk menyekolahkan semua putra putrinya. Tak terkecuali, anak ke tujuh dari delapan bersaudara yang akrab dipanggil dengan sapaan akrab Gusti pun berkesempatan mengenyam pendidikan Sekolah Dasar Banjar Losan tahun 1977. Pada tahun1983 ia lulus Sekolah Dasar dan meneruskan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMPN I) Klungkung yang dijalani dari tahun 1983-1986, selanjutnya, setamat SMP ia melanjutkan pendidikan di Sekolah Pendidikan Guru Negeri (SPGN) Klungkung. Sejak duduk di Sekolah Dasar hingga SLA Gusti selalu berprestasi baik di bidang akademis maupun olahraga. Di SPGN Gusti termasuk aktif berorganisasi dan pernah menjabat tiga jabatan sekaligus, yaitu Ketua Osis, Ketua Pramuka dan Ketua PMR. Ia juga aktif di organisasi pramuka tingkat Kabupaten Klungkung. Hal itu mungkin merupakan potensi positif yang membedakannya dengan siswa lain. Karena prestasi itu pula ia memilih meniti masa depan yang penuh tantangan. Dalam lingkup keluarga, orang tua Gusti tidak pernah memaksakan kehendak terhadap anaknya. Sikap demokratis itu juga yang membawa Gusti tidak terikat harus menjadi menjadi apa dimasa depannya. Dari beberapa alternatif peluang kerja, ia menjatuhkan pilihan untuk mengikuti seleksi Sekolah Calon Bintara TNI AD. Dari ratusan orang yang peserta tes yang melewati berbagai seleksi, hanya 9 orang dinyatakan lulus termasuk Gusti. Selanjutnya ia mengikuti pendidikan Secaba tahun 1989 di Rindam IX/Udayana.
            Mengawali kariernya di TNI AD, sebagai prajurit pilihan karena merupakan lulusan terbaik Secaba saat itu, Serda I Gusti Sidemen  mengemban jabatan  sebagai Bintara Pelatih di Secapaad,  Selama berkarier sebagai pelatih, waktu senggang diluar jam dinas dimanfaatkan untuk menimba ilmu di salah satu perguruan tinggi swasta di Bandung. Selanjutnya pada tahun 2000, setelah mengikuti seleksi dan pendidikan Secapa, ia berhasil menyandang pangkat Letnan Dua Corps Ajudan Jenderal, dan ditempatkan kembali di Secapaad sebagai Gumil.
            Pada tahun 2010 pada saat berpangkat Kapten, ia mengikuti pendidikan  Diklapa II, kemudian pindah tugas ke Korem 102/Pjg Palangkaraya sebagai Kapenrem. Pada tahun 2012 setelah lebih kurang tiga tahun menjabat Kapenrem, Mayor Gusti dimutasi ke Dispenad Jakarta sebagai Kasi Anev Baglisstrasat Subdislisainfo.
            Saat bertugas di Dispenad Gusti pun memperoleh kesempatan untuk mengikuti seleksi seskoad. Kesempatan ini tidak disia-siakan Gusti, karena bagi seorang prajurit yang berkarir dari Bintara sangat jarang memperoleh kesempatan untuk mengikuti seleksi seskoad. Berbekal semangat untuk maju dan persiapan yang sungguh-sungguh akhirnya Gusti lulus dalam seleksi dan merupakan satu-satunya perserta seleksi yang berasal dari bintara menjadi siswa Seskoad.
            Gusti merupakan pribadi yang gemar membaca buku filsafat, Ia termotivasi oleh seorang tokoh filsafat Tiongkok yang juga pakar strategi bernama Sun Tzu. Dalam bukunya beliau menyampaikan bahwa kenalilah lawanmu dan kenalilah dirimu maka kamu akan memenangkan pertempuran. Gusti menganggap tes Sesko itu sebagai medan pertempuran, materi  yang diujikan dianggap sebagai lawan. Untuk menyikapinya ia mencari informasi tentang materinya ke senior-senior yang sudah melaksanakan tes dan dikumpulkan sebanyak-banyaknya sebagai referensi. Selanjutnya kita juga melihat kemampuan diri dalam menyikapi persoalan,  kebetulan ia mengaku sudah pernah belajar tentang bahan-bahan yang sebelumnya pernah diujikan,  seperti misalnya bahasa inggris yang pernah diselami dari level elementary hingga level advance.  Kemudian masalah Karmil atau essay yang sejak menjadi tentara seringkali digelutinya. Demikian pula dengan permasalahan taktik, sejak awal ia mengaku suka dengan materi taktik, terutama pada saat mengikuti pendidikan di Pusdikif.
            Pada saat mengikuti pendidikan Secapa selalu mendapatkan peran sebagai Komandan Peleton maupun Komandan Kompi. Dari pengalaman tersebut semua materi-materi tadi dikuasainya di luar kepala, artinya tanpa melihat teks kita bisa ingat dan paham apabila persoalan itu dihadapkan kepada kita. Pada akhirnya satu per satu materi tes yang diujikan kita tuntaskan sampai akhirnya berhasil lulus tes. Tak lupa keluarga dalam hal ini sangat mendukung dengan cara sebisanya mulai dari awal hingga lulus test. Isteri adalah pelita yang menunjukkan jalan terang menuju sukses, anak adalah penyeimbang jiwa untuk menuntun psikis kita tetap fresh, sehingga tes terasa ringan.
            Mendapat kesempatan untuk seleksi pendidikan Seskoad, sebagian orang berpandangan sangat selektif.         Menurut Gusti, kalau sudah siap mental dan mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik, tes apapun yang dihadapi  niscaya akan dapat dilaksanakan dengan hasil baik pula, yang penting sebelum, selama dan setelah berjuang tidak lupa untuk berdoa dan berdoa.
            Kalau masalah-masalah yang lain rasanya tidak begitu dominan, karena ia sendiri merasakan mempersiapkan diri sendiri dahulu kemudian kita melaksanakan tes dengan tahapan-tahapan yang telah ditentukan. Berkenaan dengan hasil tes, ucapnya pasrahkan saja hasilnya kepada Yang Maha Kuasa. Yang pasti hasil lulus ini merupakan buah dari usaha dan berikhtiar sebatas kemampuan yang kita miliki. Diluar kemampuan yang kita miliki, tak luput juga doa yang selalu dipanjatkan baik sebelum, sedang dan sesudah melaksanakan tes, karena diatas semua kemampuan manusia ada yang paling mampu mengatur segalanya, yakni Tuhan Yang Maha Esa.
            Menurut Mayor Caj Gusti, target jarak pendek yang akan dicapai adalah menyelesaikan pendidikan sebaik mungkin dengan prestasi yang semaksimal mungkin, kalau kedepannya tergantung kebijakan pimpinan wilayah kerja kita. Yang jelas selesai pendidikan ilmu tentu akan bertambah, dengan ilmu yang didapat selama pendidikan kita usahakan untuk mengaplikasikan, mendarmabaktikan kepada TNI AD khususnya, TNI pada umumnya. Apabila kita memperoleh apresiasi dari ilmu yang didarmabaktikan secara  kedinasan itu masalah lain yang jelas apapun yang jadi keputusan, sebagai prajurit kita harus siap.
            Harapan kepada rekan-rekan yang akan mengikuti  tes, tentunya kita semua berharap lulus. Untuk  itu yang perlu disiapkan utamanya dari aspek mental, karena kalau mentalnya tidak siap walaupun potensi dirinya itu bagus dia tidak akan bisa kerja secara maksimal.  Kemudian tips yang dilakukannya selama melaksanakan tes adalah jangan pernah takabur, jangan pernah meremehkan materi tes. Gali informasi sebanyak mungkin, kemudian perdalam informasi yang berkaitan dengan materi tes dan latihkan sampai kita mengerti betul kuncinya.  Jangan mengharapkan bantuan orang lain dalam hal ini, karena mengharapkan bantuan orang lain berarti mental kita belum siap untuk mengikuti tes. Pada saat pelaksanaan tes, anggap saja kanan kiri depan belakang kita tidak ada orang lain, yang ada adalah diri sendiri yang sedang menghadapi materi tes, sehingga kita akan selalu mengandalkan kemampuan diri sendiri.
            Sedikit tips sukses diatas merupakan prosesi  nyata yang dilakukan pria yang memiliki hobi tenis lapangan bernama Mayor Caj I Gusti Ngurah Sidemen, suami dari Kapten CHB (K) Luh Agustina yang telah dikaruniai dua orang anak.  Semoga kita dapat memetik pelajaran dari pengalamannya sebagai Bintara yang pada akhirnya mampu menyongsong jenjang pendidikan yang lebih tinggi di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat. (Redaksi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar